EPISTEMOLOGI
OLEH :
Nama :
PRAMANIKA ARIEYANTINI
Nim : 20112512002
PROGRAM
PASCA SARJANA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2011
/ 2012
A.
PENDAHULUAN
Salah satu bagian filsafat yang membahas pengetahuan
ialah epistemologi. Epistemologi itu membicarakan pengetahuanhan dari pangkal
sampai ujung. Melalui epistemologi akan menyadarkan kita tentang berbagai hal
yang menyangkut masalah sendi pengetahuan, wilayah bahasan, proses, bobot,
sehingga memperoleh pengetahuan yang sejati.
Pembagian pengetahuan yang lazim dipakai dalam dunia
keilmuan di Barat terbagi menjadi dua saja, sains (pengetahuan ilmiah)
dan humaniora. Termasuk ke dalam sains adalah ilmu-ilmu alam (natural
sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences), dengan
cabang-cabangnya masing-masing. Termasuk ke dalam humaniora adalah segala
pengetahuan selain itu, misalnya filsafat, agama, seni, bahasa, dan sejarah.
Pegetahuan bisa diperoleh dari berbagai macam
sumber. Sumber Pengetahuan antara lain:
1.
Indera
Indera
digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita.
Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni
indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan
ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan
macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam
bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak
dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui
suhu lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan
lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur.
Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang
utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang
disebut empirisisme, dengan pelopornya John Locke (1632-1714) dan
David Hume dari Inggris. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang
empirisis sejati akan mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan
yang dapat dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang
benar.
2.
Akal
Akal
atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam
kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera.
Akallah yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk
bulan tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama
adalah kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat
pada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa
harus mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya,
kucing hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan.
Akal
mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori
atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan
sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh
kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas,
relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal.
Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan
bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran
rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis.
Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera
sebagai semu, palsu, dan menipu.
3.
Hati atau Intuisi
Organ
fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan
pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan.
Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir
dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan
tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik
saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat
kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat
main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
Intuisi
disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu
saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang,
melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai
suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami
kemacetan, lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai,
pada saat itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering
disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan
hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan
buntu.
Hati
bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal, yakni pengalaman
emosional dan spiritual. Kelemahan akal ialah terpagari oleh kategori-kategori
sehingga hal ini, menurut Immanuel Kant (1724-1804), membuat akal tidak pernah
bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu sebagaimana adanya (das
ding an sich) atau noumena. Akal hanya bisa menangkap yang tampak
dari benda itu (fenoumena), sementara hati bisa mengalami sesuatu
secara langsung tanpa terhalang oleh apapun, tanpa ada jarak antara subjek dan
objek.
Kecenderungan
akal untuk selalu melakukan generalisasi (meng-umumkan) dan spatialisasi
(meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan dari
kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus,
misalnya pengalaman eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang
dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa
cinta, hatilah yang merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu
jam di pantai carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat
berbeda. Hati juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan
atau makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.
Pengutamaan
hati sebagai sumber pengetahuan yang paling bisa dipercaya dibanding sumber
lainnya disebut intuisionisme. Mayoritas filosof Muslim memercayai
kelebihan hati atas akal. Puncaknya adalah Suhrawardi al-Maqtul (1153-1192)
yang mengembangkan mazhab isyraqi (iluminasionisme), dan
diteruskan oleh Mulla Shadra (w.1631). Di Barat, intuisionisme dikembangkan
oleh Henry Bergson.
Selain
itu, ada sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu. Wahyu adalah pemberitahuan
langsung dari Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam kitab suci
agama. Namun sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu dengan intuisi,
dalam pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling tinggi,
dan hanya nabi yang bisa memerolehnya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi
adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang
memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa
yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu
benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
Epistemologi
adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan,
dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu,
makrifat, dan pengetahuan manusia.
Epistemologi, (dari bahasa
Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan.
Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi
atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.
Menurut Musa Asy’arie,
epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat
ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk
menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi
sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Dagobert D.Runes
menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang
membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan.
Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi
sebagai “ilmu yang membahas tentang keasliam, pengertian struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”.
M.Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat,
sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek,
yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
2.
Epistemologi
dan Matematika
Kaum pondasionalis epistemologis berusaha meletakkan
dasar pengetahuan matematika dan berusaha menjamin kepastian dan kebenaran
matematika. untuk mengatasi kerancuan dan ketidak pastian dari pondasi
matematika yang telah diletakkan sebelumnya. Perlu kiranya dicatat bahwa di
dalam kajian pondasi epistemologis matematika terdapat pandangan tentang
epistemologi standar yang meliputi kajian tentang kebenaran, kepastian,
universalisme, obyektivitas, rasionalitas, dsb. Menurut kaum pondasionalisme
empiris , dasar dari pengetahuan adalah lebih dari kebenaran yang diperoleh
dari hukum sebab-akibat dari pada diturunkan dari argumen-argumennya.
Munculnya Teori Pengetahuan dari Immanuel Kant,
sebagai landasan epistemologis dari pengetahuan , dipengaruhi paling tidak oleh
pengaruh dua aliran epistemologi yang masing-masing berakar pada pondasi
empiris dan pondasi rasionalis. Menurut kaum pondasionalis empiris , terdapat
unsur dasar pengetahuan dalam mana nilai kebenarannya lebih dihasilkan oleh
hukum sebab-akibat dari pada dihasilkan oleh argumen-argumennya; mereka percaya
bahwa keberadaan dari kebenaran tersebut disebabkan oleh asumsi bahwa obyek
dari pernyataannyalah yang membawa nilai kebenaran itu. Kaum pondasionalis
empiris mempunyai dua asumsi: (a) terdapat nilai kebenaran, jika kita
mengetahuinya, yang memungkinkan kita dapat menjabarkan semua pengetahuan
tentang ada; (b) nilai kebenaran itu diterima sebagai benar tanpa prasyarat. Untuk
menemukan konsep dan putusan yang mana yang mendasari pengetahuan kita, kaum
pondasionalis rasionalis berusaha mencari sumber dari kegiatan berpikir, yaitu
kegiatan dimana kita dapat menemukan ide dasar dan kebenaran . Kegiatan
dimaksud merupakan kegiatan intelektual yang memerlukan premis-premis yang
dapat berupa kegiatan intuisi atau semacam refleksi diri seperti yang terjadi
pada Cogito nya Cartesius. Kegiatan tersebut tidak hanya menghasilkan pondasi
yang dicari dari pengehuan tetapi juga memberikan kepastian epistemologis,
yaitu suatu keadaan yang pasti dan dengan sendirinya benar. Dasar dari ide dan
putusan bersifat pasti karena mereka dihasilkan dari suatu aktivitas yang
terang dan jelas sebagai prasyarat diperolehnya putusan yang dapat diturunkan
menjadi putusan-putusan yang lainnya. Kaum rasionalis seperti Plato, Descartes,
Leibniz, atau Spinoza, percaya bahwa semua pengetahuan telah ada pada akal budi
sebelum aktivitas kognisi dimulai; namun, mereka dianggap belum mampu
meletakkan dasar-dasar pengetahuan yang menjamin nilai kebenaran suatu
proposisi. Di lain pihak, usaha meletakkan dasar kognisi dan pengetahuan tidak
berarti bahwa seorang Immanuel Kant memadukan begitu saja apa yang dikerjakan
oleh kaum empiris maupun kaum rasionalis. Kant berusaha untuk menjawab
pertanyaan bagaimana kegiatan kognisi mungkin terjadi dalam kaitannya dengan
hubungan antara subjek dan objek atau bagaimana representasi sintetik dan
obyeknya dapat terjadi dan bagaimana hubungan antara keduanya?
Berkaitan dengan masalah tersebut, di dalam Teori
Pengetahuannya, Immanuel Kant berusaha meletakkan dasar epistemologis bagi
matematika untuk menjamin bahwa matematika memang benar dapat dipandang sebagai
ilmu. Kant menyatakan bahwa metode yang benar untuk memperoleh kebenaran
matematika adalah memperlakukan matematika sebagai pengetahuan a priori. Menurut
Kant, secara spesifik, validitas obyektif dari pengetahuan matematika diperoleh
melalui bentuk a priori dari sensibilitas kita yang memungkinkan diperolehnya
pengalaman inderawi. Namun, perkembangan matematika pada dua abad terakhir
telah memberikan tantangan yang cukup signifikan terhadap pandangan Immanuel
Kant ini.
C.
PENUTUP
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau
cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar