ONTOLOGI
OLEH :
Nama :
PRAMANIKA ARIEYANTINI
Nim : 20112512002
PROGRAM
PASCA SARJANA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2011
/ 2012
A.
Pendahuluan
Ontologi
merupakan salah satu kajian kefilsafatan
yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Sebelum membahas lebih lanjut tentang ontologi, kita
harus membahas terlebih dulu tentang pengertian pengetahuan, ilmu, dan
filsafat. Karena ontologi erat kaitannya dengan pengertian dari ketiganya.
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah informasi
atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian
lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan diperoleh
dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Menurut Plato Pengetahuan sebagai
“kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)" (“justified true belief”).
Dari beberapa
pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah
bagian dari ilmu. Pengetahuan yang sudah tersusun baik mengenai metafisik
maupun fisik akan melahirkan ilmu. Jika kita membahas tentang ilmu, maka ada
kata yang sangat erat kaitannya dengan ilmu, yakni filsafat. Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling terkait, walaupun masing-masing kata baik filsafat
maupun ilmu mempunyai pengertian berbeda. Banyak sekali pendapat yang
menguraikan tentang pengertian filsafat dan ilmu.
2.
Ilmu
Menurut Mohammad Hatta ilmu adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan
masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut hubungannya dari dalam. Menurut Ralp Ross dan Ernest Menurut
Van
Den Haag ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan keempatnya serentak. Menurut Karl Pearson ilmu
adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah sederhana. Menurut Ashely Montagu, Guru Besar
Antropolo di Rutgers University ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan
untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. Menurut
Harsojo,
ilmu adalah merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu
cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”. Menurut Afanasyef, seorang pemikir
Marxist bangsa Rusia ilmu adalah pengetahuan manusia tentang
alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori
dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman
praktis. Menurut Communality, The Liang Gie 1991, sekumpulan
proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang
benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji
kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum. Menurut
J.
Haberer 1972 Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan
kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
Secara umum berdasarkan beberapa pengertian di atas diperoleh, ilmu
adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat koheren, empiris dan sistematis yang
disusun menurut metode-metode sehingga dapat diukur dan dibuktikan serta dapat
dimengerti oleh pencari ilmu, dipahami benar-benar karena memuat
hipotesis-hipotesis dan teori- teori tentang hal-hal yang dikaji.
3.
Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM, Istilah dari
filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab. Menurut Plato Filsafat adalah pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Menurut Aristoteles Filsafat
adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Menurut Al Farabi Filsafat adalah
ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Menurut Plato (428-348SM) Filsafat
tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Menurut Aristoteles
(384–322 SM) Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Menurut Cicero (106
– 43 SM) Filsafat
adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother of all the arts) ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ). Menurut Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )Filsafat
sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi
dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.
Secara
umum berdasarkan beberapa pengertian di atas diperoleh,
filsafat adalah disiplin ilmu yang berdasarkan pandangan sistematis tentang kebenaran
/ kenyataan dalam mencari keutamaan mental, yakni manusia dituntut untuk
melihat apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dilihat, sehingga menjadi
ilmu dasar bahwa segala pengetahuan, pikiran dan refleksi tentang hidup adalah
cinta kebijaksanaan.
4.
Filsafat
Ilmu
Berdasarkan
penjabaran pengertian filsafat dan ilmu, diperoleh bahwa filsafat ilmu adalah
kajian mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Pengertian lain yang diperoleh,
filsafat ilmu adalah peraturan dalam menemukan pengetahuan sehingga terciptanya
ilmu.
5.
Landasan
Ontologis
Dengan
adanya pengertian filsafat ilmu, maka muncul persoalan, yakni objek apa yang
ditelaah? Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Intinya
landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan sekaligus
bidang-bidang ilmu lain.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian
Ontologi
Ontologi
merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Kata ontologi berasal dari
perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos. Logic Jadi
ontology adalah the theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). Atau
bisa juga ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit
maupun rohani atau abstrak. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh
rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya
Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika
umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian,
metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip
yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan
metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
2.
Pandangan-pandangan
Pokok Pemikiran Ontologi
Didalam pemahaman
Ontologi terdapat beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran, diantaranya :
1. Monoisme : Paham ini menganggap bahwa hakikat
yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham
ini terbagi menjadi dua aliran :
a. Materialisme,
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani.
Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh
tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.
b. Idealisme, Sebagai
lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme berasal dari
kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk
dan menempati ruang. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan rohani.
2. Dualisme, Aliran
ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan rohani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan
muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan
keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater
(1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern)
3. Pluralisme,
paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras
dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara
4. Nihilisme, berasal
dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah
Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang
ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah
ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang
memberikan tiga proporsi tentang realitas Pertama,
tidak ada sesuatupun yang
eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan
oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi.
Ketiga, sekalipun realitas
itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain
5. Agnotitisme,
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat
materi maupun hakikat rohani, kata agnosticisme barasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti Unknow
artinya not, Gno artinya Know. Timbulnya aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
3.
Ontologi
dan Matematika
The
Liang Gie memberikan pengertian filsafat matematika dengan menyatakan bahwa
filsafat matematika merupakan sudut pandang yang menyusun dan mempersatukan
pelbagai bagian dan kepingan matematik berdasarkan beberapa asas dasar (Gie,
1985: 32). Persoalan dalam filsafat matematika dapat diperinci menjadi tujuh
persoalan, sebagai berikut (Gie, 1985: 53 - 57) :
1) Epistemologi
matematik, yang menelaah matematika berdasarkan berbagai segi pengetahuan
seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas, asumsi dan landasan.
2) Ontologi
matematik, yang mempersoalkan cakupan pernyataan matematik sebagai dunia yang
nyata atau bukan.
3) Metodologi
matematik, yang menelaah metode khusus yang dipergunakan dalam matematika.
4) Struktur
logis matematik, yang membahas matematika sebagai struktur yang bercorak logis,
yaitu struktur yang tunduk pada kaidah logika (laws of logic), yang
mensyaratkan standard tinggi dalam ketelitian logis (logical precision),
dan yang mencapai kesimpulan logis (logical conclusions) tanpa
menghiraukan keadaan dunia empirik.
5) Implikasi
etis matematis, yang berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan
matematika dalam pelbagai bidang kehidupan, yang dipandang dari sudut pandang
etis.
6) Aspek
estetis matematik, yang berkaitan dengan ciri seni dan keindahan matematika,
yang diukur berdasarkan orisinalitas ide, kesederhanaan dalil, dan
kecemerlangan pemikiran.
7) Peranan
matematik dalam sejarah peradaban, yang meliputi analisis, deskripsi, evaluasi,
dan interpretasi tentang peranan matematik dalam peradaban sejak zaman kuno
hingga abad modern.
Persoalan
mendasar yang berhubungan dengan filsafat pada diskurus tentang “fungsi” dalam
logika matematika adalah berkaitan dengan keberadaan himpunan, yang oleh fungsi
dikenakan aturan padanan yang membuat himpunan berhubungan. Secara
kefilsafatan, keberadaan himpunan berhubungan erat dengan persoalan tentang
Ada, sehingga berada pada ranah ontologis. Dalam ranah ontologis, pembahasan
tentang himpunan mencakup pembahasan tentang esensi, struktur dan jenis
realitas yang terdapat dalam himpunan. Himpunan memiliki pengertian sebagai
kumpulan hal yang mempunyai ciri dan sifat yang sama. Himpunan mempunyai esensi
atau hakikat yang terletak pada kuantitas. Di dalam himpunan terdapat lebih
dari satu realitas yang dibatasi oleh adanya persamaan ciri atau sifat. Hal ini
menunjukkan bahwa himpunan merupakan realitas yang bersifat empirik karena ciri
hal yang terdapat dalam himpunan berhubungan dengan pengamatan inderawi.
Pengamatan inderawi yang dilakukan manusia menghasilkan dua bentuk pengetahuan,
yaitu pengenalan dan pengertian. Hubungan antara pengenalan dan pengertian
bersifat saling mempengaruhi, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
C.
Penutup
Ontologi merupakan salah satu di antara
lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Didalam pemahaman Ontologi terdapat beberapa pandangan-pandangan
pokok pemikiran, yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotitisme.
Ontologi sebagai dasar ilmu pembahasan
tentang berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The
First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Ontologi matematik, yang mempersoalkan cakupan pernyataan matematik
sebagai dunia yang nyata atau bukan.
The Sands Casino Hotel | St. Charles, Louisiana
BalasHapusLocated in the heart of Baton Rouge, Sands Casino Hotel features more than septcasino 4,300 of the newest and most งานออนไลน์ popular slots and table 온카지노 games. From table games and